Obyek wisata yang satu ini bisa dikatakan sebagai salah satu ikon yang paling dijual oleh departemen pariwisata Indonesia, atau Jawa Timur pada khususnya. Taman National Bromo, Tengger, Semeru. Gunung Bromo, yang merupakan salah satu bagian lingkup taman nasional ini menawarkan eksotika tersendiri sebagai obyek wisata gunung dibandingkan wisata gunung yang lain. Bukan hanya karena bentuk gunung dan kawah belerangnya yang khas, namun lebih dikarenakan lokasinya. Orang menyebutnya crater in the crater, atau kawah didalam kawah. Karena sebenarnya Gunung Bromo dan gunung-gunung disekitarnya (Gunung Batok,dll) hanya merupakan ‘tonjolan-tonjolan’ yang berada didalam kawah yang besar, dimana areal kawah ini adalah sebesar lautan pasir (Segoro wedi). Sejarahnya memang jaman dahulu kala gunung ini adalah gunung yang jauh lebih besar daripada Gunung Semeru yang ada disampingnya, yang kemudian meletus dengan dahsyatnya sehingga terbentuklah kawah berpasir ini dengan gunung-gunung kecil yang terbentuk didalam kawah bekas letusannya ini. Salah satunya adalah Gunung Bromo ini.

Jika anda bertanya-tanya kenapa kita tidak menikmati sunrise dipuncak Gunung Bromo saja, seperti kebanyakan pemikiran orang-orang. Alasan pertama dan utama adalah sunrise tidak tampak disini. Matahari baru kelihatan setengah jam sampai satu jam dari waktu asli terbitnya dikarenakan terhalang oleh gunung yang lebih tinggi yang ada disekitarnya. Karena memang ini bukan pendakian gunung sejati, maka sensasi berada dipuncak pada saat sunrise pun tidak begitu penting. Lebih mantab jika kita benar-benar melihat sunrise dengan berlatarkan dengan gunung Bromo dkk yang cukup indah. Sensasi berada di Bromo akan dapat.
Untuk perjalanan menuju kesananyapun cukuplah mudah, terutama untuk warga Surabaya atau Malang dan sekitarnya. Transportasi yang disarankan menggunakan kendaraan pribadi, bisa mobil ataupun sepeda motor. Kenapa tidak menggunakan anggutan umum, karena memang selain agak sulit didapat (khususnya menuju kaki gunung), timing juga tidak tepat karena kita berangkat pada tengah malam dimana sudah tidak ada angkutan umum lagi. Kecuali anda berniat menginap terlebih dahulu. Dari arah Surabaya kita menuju Pasuruan via Gempol. Sesampainya di Pasuruan ambil arah jurusan Malang, ke arah jalan yang menghubungkan Pasuruan dengan Purwosari. Sekitar 3-4km selepas pasuruan akan ada pertigaan besar (ada traffic light), dimana terdapat marka besar diatasnya yang menunjukkan jika kekiri adalah menuju Gunung Bromo. Daerah ini disebut warung dowo. Begitu halnya dari arah Malang. Dari Malang kita menuju Purwosari. Dipertigaan Purwosari ini kita ambil arah lurus menuju Pasuruan (dimana yang kekiri adalah arah Pandaan). Dari pertigaan Purwosari ini menuju Warung Dowo menempuh jarak sekitar 15 km.
Dari Warung Dowo, setelah masuk beberapa kilometer, ada pertigaan besar kita ambil arah kanan. Setelah itu kita tidak akan berbelok lagi hingga mencapai desa Tosari. Mulai dari Warung Dowo marka jalan cukuplah jelas, anda tidak perlu takut tersesat walaupun perjalanan dilakukan pada tengah malam. Hanya perlu dicermati, perjalanan dapat membuat perut mual dan kepala pusing, karena memang jalanan menanjak dan berkelok-kelok cukup tajam. Ada yang hampir satu putaran penuh bahkan. Perjalanan akan menghabiskan waktu satu hingga dua jam tergantung ‘style’ menyetir anda dijalanan berkelok-kelok seperti ini. Namun yang jelas jalanan sangat lancar karena memang tengah malam

Sesampainya di desa Tosari, anda diwajibkan untuk mengambil keputusan penting, yaitu apakah anda akan lanjut dengan kendaraan pribadi anda ataukah anda menyewa mobil medan atau hardtop. Kenapa demikian, karena memang jalur setelah ini adalah bisa dibilang jalur maut. Turunan dan tanjakan mempunyai kemiringan yang cukup mengerikan, mungkin hingga 50 derajat. Dan itu lebarnya hanya satu seperempat jalur mobil. Artinya jika berpapasan sesama mobil harus ada trik-trik khusus. Kemiringan tersebut ditambah dengan kelokan-kelokan tajam. Sehingga sangat tidak disarankan untuk pengemudi mobil yang tidak berkeahlian. Kecuali memang untuk orang yang tidak sayang dengan mobil dan nyawanya
Namun untuk pengendara sepeda motor sendiri sepertinya tidak diperlukan keahlian khusus. Hanya saja pastikan sepeda motor anda kuat mendaki kemiringan tersebut. Jenis sewanya sendiri ada dua, sewa supir atau sewa hardtop beserta supirnya. Untuk sewa supir, kendaraan (mobil) yang dipakai tetaplah kendaraan kita, namun supir tersebut menjamin jika ada kerusakan akibat menyetirnya, maka kerusakan akan ditanggung sepenuhnya. Tarifnya tentulah lebih murah dibandingkan sewa hardtop beserta supirnya. Untuk sewa hardtop mereka mematok harga seragam sehingga tidak mungkin untuk ditawar lagi yaitu dengan tarif 300 ribu rupiah. Itu meliputi perjalanan dari Tosari menuju Penanjakan, Penanjakan menuju ke lautan pasir dan Gunung Bromo, hingga kembali lagi ke Tosari.




Rute:
- Surabaya – Gempol – Pasuruan – Warung Dowo : 1,5 jam (perjalanan malam hari)
Malang – Purwodadi – Purwosari – Warung Dowo : 1 jam ( perjalanan malam hari) - Warung Dowo – Tosari : 1-2 jam (perjalanan malam hari)
- Tosari – Penanjakan : 30 menit
- Penanjakan – Segoro Wedi : 25 menit
- Segoro Wedi – Bromo : 15 menit
Tarif:
- Retribusi masuk areal TNBTS : Rp.5000 per orang
- Sewa hardtop : Rp.300.000 per mobil
- Sewa kuda : Rp.20.000 (nego)
Tips:
- Berkunjunglah pada musim kemarau, jangan musim penghujan, sehingga anda akan mendapatkan momen pemandangan yang sempurna.
- Siapkan pakaian pelindung dingin, seperti kerpus, slayer, syal, sarung tangan, jaket, dan jangan lupa sepatu karena cuaca disini cukup dingin.
- Bawalah juga kacamata untuk pelindung dari debu pasir selama di segoro wedi.
- Jangan berada dikawah Bromo diatas pukul 9 pagi untuk menghindari resiko keracunan.
- Timing yang paling tepat berangkat dari Surabaya atau Malang adalah sekitar pukul 12-1 malam.
Sumber : http://engineear.net/2008/11/10/bromo-kawah-didalam-kawah/
0 komentar: